PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA DIKLAT MENERAPKAN DASAR-DASAR TEKNIK DIGITAL
(Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Setu Bekasi)
Oleh :
Dedi Supriyatna, S.Pd
Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta, 2010
ABSTRAK In making this journal I tried to take away from the thesis entitled "Application of Problem Based Learning Learning Strategy Training On Applying Eye Basics Digital Techniques". In this discussion relates to a method of learning the right to be given to students who are prepared in this thesis and made by Dedi Supriyatna class of 2005 and graduated in 2010. This study aims to find alternative solutions student learning outcomes and activities in improving the quality and the quality of learning. Where the learning process still involves less active students. Learning activities that teachers only focus on results in the form of one-way communication from teacher to student, so students become passive listeners just pay attention and take notes as needed in the design of this study consisted of planning, implementation, observation and reflection. Data collection methods used method of documentation, test methods, and methods of observation. While the methods of data analysis using descriptive analysis method. Based on this research can be concluded that an increase in learning outcomes and student activities at training the eye Applying Fundamentals Digital Techniques through problem-based learning strategies. Therefore the application of problem-based learning strategies can be used as an alternative problem-solving activities and student learning outcomes in training the eye Applying Fundamentals Digital Techniques Key words: Poblem Based Learning, Applying the Basics of Digital Techniques.
Pada pembuatan jurnal ini saya mencoba mengambil dari skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital”. Pada pembahasan ini berkaitan dengan metode pembelajaran yang tepat untuk diberikan kepada siswa yang disusun pada skripsi ini dan dibuat oleh Dedi Supriyatna angkatan 2005 dan lulus pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah hasil belajar dan aktifitas siswa dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Dimana proses pembelajaran masih kurang melibatkan keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru yang berakibat terjadinya bentuk komunikasi satu arah yaitu dari guru kepada siswa, sehingga siswa menjadi pendengar pasif hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya Rancangan dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan metode dokumentasi, metode tes, dan metode observasi. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan aktifitas siswa pada mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital melalui strategi pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu dengan penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah hasil belajar dan aktifitas siswa pada mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital
Kata kunci : Poblem Based Learning,Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital.
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Repupblik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta membentuk peradaban bangsa yang bermartabat.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam mencetak sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademis sekaligus keahlian khusus.
SMK memiliki beberapa tujuan, yaitu menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesionalisme, menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang, menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.
Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital (MDDTD) merupakan salah satu mata diklat program produktif bidang keahlian Teknik Audio Video di SMK Negeri 1 Setu Bekasi. Mata diklat tersebut menggunakan modul pembelajaran yang disusun sesuai dengan standar kompetensi nasional, yang berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Selain itu mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital merupakan mata diklat yang dapat dijadikan sebagai wahana melatih siswa untuk berpikir kritis, logis, kreatif dan sistematis, serta meningkatkan ketajaman penalaran siswa dalam memahami dan mengidentifikasi permasalahan dalam bidang elektronika.
Selama ini proses pembelajaran di SMK, guru masih kurang kreatif dalam melaksanaan pembelajaran di sekolah. Kurang kreativitasnya guru dalam melaksanakan pembelajaran menyebabkan kurang berhasilnya guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran yang dilakukan guru umumnya masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau metode ceramah. Sehingga akibat yang ditimbulkan dari situasi tersebut adalah monotonnya proses pembelajaran pada diri siswa yang menyebabkan menurunnya minat siswa dalam belajar dan rendahnya kualitas pembelajaran pada siswa.
Hal ini terlihat dari hasil nilai ulangan tengah semester genap tahun 2008-2009 dengan adanya 19 siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan rata-rata nilai siswa 6,5 dan tingkat kelulusan sebesar 52%. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut ibu Nuniek Suherlinawati, S.Pd selaku guru produktif mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital, penyebab masih adanya nilai siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) itu disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) Pembelajaran masih bersifat satu arah, (2) Siswa cenderung pasif selama mengikuti pembelajaran, dan (3) Kurangnya kemandirian siswa dalam proses pembelajaran.
Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang menawarkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran dengan PBL, peserta didik diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Oleh karena itu, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas untuk membuktikan bahwa melalui penerapan strategi pembelajaran dengan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital.
Tujuan penelitian ini adalah upaya untuk mencari alternatif pemecahan masalah hasil belajar siswa pada mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah
METODOLOGI PENELITIAN
Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar dengan cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran. Problem Based Learning merupakan salah satu startegi pembelajaran yang menawarkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Panen yang dikutip Rusmono (2009), dengan strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Strategi pembelajaran dengan PBL merupakan strategi pembelajaran yang memusatkan siswa pada proses pemecahan masalah sehingga mendorong siswa terbiasa dalam melihat masalah, merumuskan, memecahkan dan meyelesaikan masalah sejauh taraf kemampuannya.
Ciri-Ciri Pembelajaran dengan PBL
Sementara ciri-ciri strategi Pembelajaran dengan PBL menurut Baron adalah:
1. Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata.
2. Pembelajaran dipusatkan pada pemecahan masalah.
3. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan;
4. Guru berperan sebagai fasilitator.
Keterlibatan peserta didik dalam strategi pembelajaran dengan PBL meliputi kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan. Dalam kelompok siswa melakukan kegiatan-kegiatan :
1) Membaca kasus.
2) Menentukan masalah mana yang paling relevan dengan tujuan pembelajaran.
3) Membuat rumusan masalah.
4) Membuat hipotesa
5) Mengidentifikasi sumber informasi, diskusi dan pembagian tugas.
6) Melaporkan, mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok dan presentasi di kelas
Tahapan-Tahapan Pembelajaran dengan Strategi PBL
Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan dan analisis hasil kerja siswa. Penyajian untuk melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis masalah menurut Mohamad Nur yang dikutip Rusmono (2009) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan pembelajaran dengan strategi PBL
Tahap pembelajaran
Perilaku guru
Tahap 1 :
Mengorganisasikan siswa pada masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri
Tahap 2 :
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan masalah itu
Tahap 3 :
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.
Tahap 4 :
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka
Tahap 5 :
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-prosesyang mereka gunakan
Karakteristik Pembelajaran dengan PBL
Strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) memiliki beberapa Karakteristik seperti yang dikutip Wena (2009) yang diungkapkan Savoie dan Huges antara lain sebagai berikut:
a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan
b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.
c. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu.
d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
e. Menggunakan kelompok kecil.
f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.
Sementara menurut Yazdani yang dikutip Rusmono (2009), mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran dengan PBL ditandai dengan karakteristik:
1. Siswa menentukan isu-isu pembelajaran.
2. Pertemuan-pertemuan pelajaran berlangsung open-ended atau berakhir dengan masih membuka peluang untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam satu kali pertemuan.
3. Tutor adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak sebagai “pakar” yang merupakan satu-satunya sumber informasi.
4. Tutorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBL yang berpusat pada siswa
Mata Diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital
Mata Diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital (MDDTD) merupakan salah satu Standar Kompetensi pada Mata Pelajaran produktif pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberikan kepada peserta didik SMK kelas X, Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa, Program Studi Keahlian Teknik Elektronika dengan Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video sesuai dengan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan KepDirJenManDikdasmen 251/C/KEP/MN/2008 Tahun 2008.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan kesempatan yang lebih luas terhadap guru untuk berimprovisasi, terutama dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekolah yang memiliki kemampuan mandiri dapat menjabarkan standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) serta mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhanya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat.
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang merujuk pada standar lulusan yang harus dicapai oleh sekolah untuk semua mata pelajaran. Di dalam satu mata pelajaran terdapat beberapa Standar Kompetensi. Standar Kompetensi (SK) merupakan kualifikasi kemampuan peserta didik pada satu mata pelajaran, di mana bertujuan agar siswa dapat mempunyai keterampilan tertentu setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Setiap Standar Kompetensi terdiri dari beberapa Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar harus menunjang sesuai Standar Kompetensi yang telah ditentukan pada setiap mata pelajaran. Pada setiap Kompetensi Dasar (KD) mempunyai beberapa Indikator. Indikator adalah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pertemuan. Sedangkan silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran.
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital merupakan salah satu mata diklat kelompok produktif. Mata diklat ini berisi materi dan informasi tentang dasar-dasar teknik digital yang meliputi materi tentang sistem bilangan, opersai logika dan prinsip dari register sesuai dengan Kurikulum Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2008.
Tabel 2.2 Merupakan Kompetensi Dasar dari Standar Kompetensi menerapkan dasar-dasar teknik digital sesuai dengan spektrum pendidikan menengah kejuruan berdasarkan KepDirJenManDikdasmen 251/C/KEP/MN/2008.
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
Indikator
1. Menjelaskan sistem bilangan
· Dijelaskan sistem bilangan dengan benar
· Sistem bilangan desimal dikonversikan ke sistem bilangan biner dan sebaliknya
· Sistem bilangan desimal dikonversikan ke sistem bilangan oktal dan sebaliknya
· Sistem bilangan biner dikonversikan ke sistem bilangan oktal dan sebaliknya
· Sistem bilangan biner dikonversikan ke sistem bilangan hexadesimal dan sebaliknya
· Sistem bilangan oktal dikonversikan ke sistem bilangan hexadesimal dan sebaliknya
2. Menjelaskan operasi logika
· Dijelaskan gerbang logika dasar
· Dibuat kombinasi dari beberapa gerbang logika dasar
· Ditentukan Persamaan logika dari kombinasi beberapa gerbang logika
· Ditentukan ekivalensi dari gerbang logika dasar menggunakan gerbang NAND
· Persamaan Logika disederhanakan dengan Teorema aljabar boolean dan Teorema De Morgan
· Dibuktikan persamaan logika menggunakan tabel kebenaran
· Persamaan Logika disederhanakan dengan Peta Karnaugh (peta-K)
3. Menjelaskan prinsip register
· Dijelaskan fungsi dan prinsip kerja rangkaian clock
· Dijelaskan macam-macam flip-flop
· Dijelaskan fungsi rangkaian flip-flop
· Dijelaskan register beserta jenis-jenisnya
· Dijelaskan fungsi dari register
· Dijelaskan Prinsip kerja dari tiap register
Pembahasan
Peneliti menentukan metode apa yang akan diberikan kepada siswa tentunya dengan kriteria yang mendukung dan pada setiap kelas mendapat pemerlakuan yang berbeda atau pemberian metode pembelajaran yang berbeda untuk membuktikan metode mana yang paling baik dan maksimal dalam penyampaian materi. Setelah diberikan metode yang berbeda maka akan dibiarkan pemberian tersebut berselang beberapa bulan untuk mendapatkan data yang akurat dan baik tentunya.
Beberapa bulan berlangsung pemberian metode yang berbeda dilakukan dan pada akhirnya akan diadakan evaluasi pada setiap kelas dengan bobot soal yang sama untuk menyetarakan tingkatan tersebut. Setelah diadakan evaluasi maka hasil rata-rata dari evaluasi tersebut akan dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya yang mendapatkan pemerlakuan yang berbeda atau metode pembelajaran yang berbeda di setiap kelasnya.
Membandingkan nilai hasil evaluasi akan membuktikan metode mana yang merupakan metode paling baik dan sangat maksimal. Karena metode terbaik akan menghasilkan nilai yang baik pula bila dibandingkan dengan nilai yang menggunakan metode yang kurang baik lainnya. Perbedaan tersebut menjadi bukti kuat bahwa metode penyampaian materi dengan pengajaran oleh guru lebih baik dibandingkan dengan hanya memberikan modul kepada siswa untuk belajar secara mandiri.
Penelitian Tindakan Kelas
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.
Peneltian Tindakan Kelas merupakan salah satu bagian dari penelitian tindakan dengan tujuan yang spesifik yang berkaitan dengan kelas. PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).
PTK dilaksanakan dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rencana tindakan tersebut tentu saja sebelumnya setelah ”dilatihkan” kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.
c. Pengamatan atau observasi
Tahapan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
d. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya
Dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah diharapkan membuat peserta didik akan terbiasa dengan permasalahan-permasalahan dan dapat memecahkan setiap masalah yang diberikan. Selain itu peserta didik dapat belajar secara berkelompok, mengidentifikasi masalah, menentukan informasi apa saja yang dibutuhkkan untuk dapat memecahkan masalah dan dapat mencari sumber-sumber informasi dari berbagai sumber. Sehingga dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah di dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar mereka. Berikut ini ditunjukan alur PTK seperti yang diperlihatkan dalam gambar:
1. Indikator kinerja:
Siswa Mampu
a. Menjelaskan macam-macam sistem bilangan
b. Mengkonversikan sistem bilangan desimal ke sistem bilangan biner dan sebaliknya dengan benar
c. Mengkonversikan sistem bilangan desimal ke sistem bilangan oktal dan sebaliknya dengan benar
d. Mengkonversikan sistem bilangan biner ke sistem bilangan oktal dan sebaliknya dengan benar
e. Mengkonversikan sistem bilangan biner ke sistem bilangan hexadesimal dan sebaliknya dengan benar
f. Mengkonversikan sistem bilangan oktal ke sistem bilangan hexadesimal dan sebaliknya dengan benar
2. Indikator keberhasilan:
a. Sebagian besar (85% dari siswa) mampu dan menjawab lembar kerja siswa dan lembar penilaian siswa berkenaan dengan materi sistem bilangan dan konversi bilangan dengan memperoleh minimal nilai 70 sesuai dengan KKM yang ditentukan di SMK Negeri 1 Setu.
b. Sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas aktif dalam mengerjakan tugas-tugas kelompoknya.
Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan
HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) diperoleh data sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I pertemuan ke-I dengan materi sistem bilangan dan konversi bilangan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL), lembar kerja siswa (LKS) dengan materi sistem bilangan dan konversi bilangan, lembar pengamatan aktivitas siswa yang menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL).
b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan RPP. Semua tindakan dalam pembelajaran mengacu pada RPP. Pada siklus I peneliti mengadakan pembelajaran dengan alokasi waktu 4 x 40 menit
c. Pengamatan Tindakan (observing)
Selama peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) yakni kerjasama dalam memecahkan masalah dengan berdiskusi kelompok, guru (peneliti) dan pengamat melakukan monitoring pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dengan mengamati aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL), guru (peneliti) mencatat aktivitas kerja setiap peserta didik, dan menilai hasil kerjanya. Pengamat (observer) menggunkan lembar pengamatan guru kolaborator (LPGK) yang telah dipersiapkan sebelumnya dan menilai tingkat kepuasan cara mengajar guru setelah 1 pertemuan selesai.
d. Kesimpulan siklus I
Pada siklus I ini guru masih belum terbiasa menghadapi situasi dalam kelas, sehingga dalam proses pembelajaran masih kurang merespon siswa-siswa yang bermasalah dalam pembelajaran.
Di bawah ini dipaparkan kelebihan dan kelemahan siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan
a. Siswa dapat melakukan kegiatan yang terkait dengan pembelajaran (merumuskan permasalah, menganalisis masalah, menyelesaikan dan menyimpulkan)
b. Siswa antusias untuk berdiskusi dalam menyelasaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.
c. Guru mendorong siswa untuk berdiskusi antar teman dalam satu kelompok.
d. Guru memantau kerja masing-masing kelompok dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
e. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya.
2) Kelemahan
a. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran masih ada beberapa siswa yang ramai dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
b. Ketika pembagian kelompok siswa banyak yang ramai sehingga suasana kelas menjadi gaduh.
c. Kinerja kelompok masih kurang optimal, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam mengikuti jalannya diskusi.
d. Keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat belum tampak secara menyeluruh.
e. Dalam mengorientasi tanggapan atas penjelasan dari guru masih didominasi oleh siswa yang pandai.
f. Siswa belum dapat menjalankan diskusi dengan baik
g. Ketika dalam mengerjakan evaluasi masih ada siswa yang belum tuntas menyelesaikan masalah sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh guru.
Secara keseluruhan permasalahan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:
(a) Nilai rata-rata siswa pada siklus I pertemuan pertama adalah 6.87 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 55%. Dan pertemuan kedua adalah 7.59 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 68%. Dan nilai rata-rata ulangan harian 1 adalah 6,5 dengan tingkat kelulusan siswa 65%. Hal ini belum mencapai standar kompetensi yakni sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa mencapai nilai 70 sesuai dengan KKM.
(b) Dari segi aktivitas belajar siswa, sebagian siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa 66% pada pertemuan ke-I dan 72% pada pertemuan ke-II.
Dari hasil diskusi dengan guru kolaborator untuk merancang tindakan siklus II, hal-hal yang perlu dilakukan oleh peneliti antara lain:
(1) Merancang rencana program pembelajaran dengan memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang dicapai pada siklus I, sebagai acuan pada proses pembelajaran siklus II.
(2) Pada siklus II guru lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar secara individu maupun kelompok dan menjelaskan keuntungan belajar secara kelompok jika dibandingkan belajar secara perorangan.
(3) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam belajar
(4) Guru lebih memberikan penguatan terhadap hasil penyelesaian masalah.
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
Pada pelaksanaan siklus II peneliti memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I.
b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan RPP
soal untuk dikerjakan di rumah dan mempelajari materi untuk minggu depan.
c. Pengamatan Tindakan (observing)
Selama peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) yakni kerjasama dalam memecahkan masalah dengan berdiskusi kelompok, guru (peneliti) dan pengamat melakukan monitoring pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama dengan mengamati aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL), guru (peneliti) mencatat aktivitas kerja setiap peserta didik, dan menilai hasil kerjanya. Pengamat (observer) menggunkan lembar pengamatan guru kolaborator (LPGK) yang telah dipersiapkan sebelumnya dan menilai tingkat kepuasan cara mengajar guru setelah 1 pertemuan selesai.
Kelemahan
a. Guru masih kurang merangsang keaktifan siswa dalam bertanya dan memberikan tanggapan dalam diskusi.
b. Keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat belum tampak secara menyeluruh.
c. Ketika dalam mengerjakan evaluasi masih ada siswa yang belum tuntas menyelesaikan masalah sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh guru.
Secara keseluruhan permasalahan pada pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a) Nilai rata-rata ulangan harian II siswa pada siklus II adalah 71 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 80%. Hal ini belum mencapai standar kompetensi yang ditentukan yakni sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa mencapai nilai 70 sesuai dengan KKM.
b) Dari segi aktivitas belajar siswa, sudah mengalami peningkatan dengan ketuntasan aktifitas belajar siswa 73% pada pertemuan I, 75% pada pertemuan ke-II dan 76% pada pertemuan ke III pada siklus II. Hal ini sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 75% siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Dari hasil diskusi dengan guru kolaborator untuk merancang tindakan siklus III, hal-hal yang perlu dilakukan oleh peneliti antara lain:
(1) Merancang rencana program pembelajaran dengan memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang dicapai pada siklus II, sebagai acuan pada proses pembelajaran siklus III.
(2) Pada siklus III guru lebih memberikan motivasi dan semangat kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar secara kelompok maupun.
(3) Lebih merangsang siswa untuk lebih aktif dalam bertanya dan memberikan tanggapan ketika proses diskusi kelompok berlangsung.
Hasil Penelitian Siklus III
a. Perencanaan
Pada pelaksanaan siklus III peneliti memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus II.Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus III pertemuan ke-1 yang meliputi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, sumber dan bahan ajar dengan materi rangkaian clock dan rangkaian flip-flop menggunakan metode ceramah, tanya jawab
b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan RPP, semua tindakan dalam pembelajaran mengacu pada RPP.
c. Pengamatan Tindakan (observing)
Selama peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) yakni kerjasama dalam memecahkan masalah dengan berdiskusi kelompok, guru (peneliti) dan pengamat melakukan monitoring pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dengan mengamati aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL), guru (peneliti) mencatat aktivitas kerja setiap peserta didik, dan menilai hasil kerjanya
Kesimpulan siklus III
Gambaran umum pelaksanaan siklus III sudah baik dan sudah dapat dilakukan guru secara konstan. Pada siklus III kegiatan pembelajaran mengalami kemajuan yang signifikan jika dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, baik dari segi keaktifan dan hasil belajar siswa sudah mengalami kemajuan. Dan keberanian siswa dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat pada saat diskusi juga mengalami peningkatan, dan semangat dan motivasi siswa pada saat pelajaran meningkat dengan bersemangatnya mereka pada saat melakukan diskusi dan ketika persenatasi di depan kelas. Selain itu hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, itu dapat kita lihat dari gambar.2 hasil ulangan harian siswa pada setiap siklusnya. Berikut gambar hasil ulangan harian siswa pada setiap siklusnya :
Secara keseluruhan pada pelaksanaan siklus III adalah sebagai berikut:
a) Nilai rata-rata evaluasi siswa pada siklus III pertemuan pertama adalah 8.1 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 85%. Dan pada pertemuan kedua nilai rata-rata evaluasi siswa adalah 8.3. Dan hasil rata-rata nilai ulangan harian III pada siklus III ialah 7,8 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 90%. Hal ini telah mencapai standar kompetensi yakni sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa mencapai nilai 70 sesuai dengan KKM.
b) Dari segi aktivitas belajar siswa, siswa sudah mulai terbiasa dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan memperoleh 78% pada pertemuan I dan 80% pada pertemuan ke-II pada siklus III.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil karena terjadinya perbaikan nilai dan minat siswa untuk mempelajari materi-materi yang telah diberikan pengajar dibandingkan dengan nilai pada semester sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa maka dipaparkan hasil yang dicapai, pada umumnya aktivitas siswa sampai pada siklus III ini sudah meningkat. Siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang disampaikan guru secara baik dan tertib .Peningkatan prestasi nampak dengan adanya perubahan-perubahan tingkah laku seperti yang tadinya takut atau ragu-ragu sekarang sudah lebih berani untuk mengemukakan pendapat, berani bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum jelas, dapat menerima pendapat orang lain dan menghargai sesama teman, karena hasil penelitian siklus III sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka tidak dilanjutkan untuk siklus selanjutnya. Akan tetapi nilai siswa akan kembali menurun jika guru tidak konsisten dalam menjalankan cara mengajar, guru kembali dengan cara lama yaitu dengan cara ceramah dan mencatat yang membuat para siswa menjadi bosan.
Pembahasan
Proses pembelajaran akan berlangsung baik apabila terdapat interaksi edukatif antara guru dan siswa. Guru sebagai unsur utama proses pembelajaran berusaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Dalam proses pembelajaran, guru harus memilih strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai materi yang akan disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Keberhasilan pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar siswa baik dari hasil tes maupun hasil aktivitas belajar siswa.
Sistem pembelajaran menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar pada mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital pada siswa kelas X TEA SMK Negeri 1 Setu Bekasi tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini didesain dengan model penelitian tindakan kelas karena bertujuan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian ini ternyata strategi pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa pada tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata nilai ulangan harian mencapai 6,5 pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 7,1 dan pada siklus III mencapai 7,8. Pada siklus I tingkat kelulusan siswa mencapai 65%, pada siklus II tingkat kelulusan siswa mencapai 80%, dan pada siklus III tingkat kelulusan siswa mencapai 90%. Hasil belajar kognitif siswa pada siklus III memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai 70
Hasil aktivitas belajar siswa yang masuk kategori amat baik pada siklus I pertemuan ke-1 ada 4 siswa, pada siklus I pertemuan ke-2 ada 6 siswa, pada siklus II pertemuan ke-1 ada 11 siswa, pada siklus II pertemuan ke-2 ada 14 siswa, pada siklus II pertemuan ke-3 ada 16 siswa, pada siklus III pertemuan ke-1 ada 18 siswa, pada siklus III pertemuan ke-2 ada 22 siswa. Siswa dengan kategori baik pada siklus I pertemuan ke-1 ada 30 siswa, pada siklus I pertemuan ke-2 ada 31 siswa, pada siklus II pertemuan ke-1 ada 27 siswa, pada siklus II pertemuan ke-2 ada 26 siswa, pada siklus II pertemuan ke-3 ada 24 siswa, pada siklus III pertemuan ke-1 ada 22 siswa, pada siklus III pertemuan ke-2 ada 18 siswa. Dan ketuntasan aktivitas belajar siswa pada siklus III pertemuan ke-1 mencapai 78% dan pada siklus III pertemuan ke-2 mencapai 80%. Dengan demikian ketuntasan aktivitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar 75%.
Pada siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, demikian halnya dengan hasil aktivitas belajar siswa. Sehingga dilaksanakan siklus II untuk memenuhi indikator yang telah di tetapkan dalam penelitian. Pada siklus II hasil belajar kognitif siswa masih belum mencapai indikator yang ditetapkan sedangkan aktivitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Pada siklus III hasil belajar kognitif siswa dan aktifitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang ditetapkan. Hal ini berarti pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian guru pada penelitian tindakan kelas ini didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami kenaikan pada setiap siklusnya. Dan peningkatan nilai hasil belajar tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah ini yakni:
a) Tingkat motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
b) Hubungan antara siswa dalam satu kelompok/baik atau tidaknya komunikasi antara siswa dalam satu kelompok.
c) Sumber belajar yang digunakan
d) Dan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran.
Jadi agar hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya sebaiknya guru selalu memperhatikan faktor-faktor tersebut di dalam pelaksanaan pembelajarannya sehingga tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan simpulan bahwa :
1. Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) pada mata diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital pada kelas X TEA SMK Negeri 1 Setu Bekasi dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Rata-rata nilai ulangan harian yang dicapai siswa pada siklus I memperoleh 6,5 dengan tingkat kelulusan 65%, pada siklus II memperoleh 7,1 dengan tingkat kelulusan 65%, dan diakhir siklus III adalah 7,8 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 90%.
2. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah pada mata diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital pada kelas X TEA SMK Negeri 1 Setu Bekasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan hasil aktifitas belajar siswa diakhir siklus III mencapai 80%.
3. Melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah siswa dapat terlibat dalam proses penyelidikan yang mengharuskanya mengidentifikasi permasalahan, mengunpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk menyelesaikan masalah.
4. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini dengan dapat dilihat dari sudah mulai terbiasanya siswa belajar dalam bentuk kelompok.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Guru produktif SMK Negeri 1 Setu Bekasi hendaknya menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) yang dapat dijadikan alternatif dalam membelajarkan siswa pada mata diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital.
b. Guru produktif SMK Negeri 1 Setu Bekasi hendaknya menerapkan suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
c. Penelitian ini memiliki keterbatasan, oleh sebab itu diharapkan guru yang bersangkutan bisa mempertahankan cara mengajar agar nilai siswa tidak menurun setelah penelitian ini selesai.
2. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana yang memadai agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Misalkan dengan menyediakan pusat sumber belajar yang memadai bagi siswa seperti buku perpustakaan yang lengkap dan adanya ruang multimedia bagi siswa dalam mengakses internet.
b. Sekolah hendaknya mewajibkan bagi seluruh siswa untuk aktif dan berperan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah agar hubungan dan komunikasi antara sesama siswa menjadi lebih baik yang merupakan salah satu faktor keberhasilan pembelajaran secara berkelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Dharmaputra, “Penyusunan Silabus dalam KTSP SMK” Jurnal Pendidikan,vol.3, No.4, 1-10, (Jakarta, April 2008).
Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Garis-Garis Besar Program Pendidikan dan Keahlian. Depdiknas: Jakarta.
E. Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya.
E. Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Gagne, R. M., and Briggs, L. J. 1992. Principles Of Instructional Design. 4th ed. Orlando: Holt, Rineart, And Winston.
Hamzah B. Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Marinis Yamin dan Maisah. 2009 Manajemen Pembelajaran Kelas, Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: GP Press.
Paulina Panen, dkk. 2007, Belajar dan Pembelajaran, Edisi 1. Jakarta: UT.
Rusmono. 2009. Konsep dan Implementasi Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning/PBL. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Viesser and Yusra Laila. 2002. Effercts of Problem –Based and Lecture-Based Instructional Strategies on Problem Solving Performance and Learner Atitudes in a High School Genetic Class. (www.learndev.org/PBLresearchlMSA.html).
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Yusufhadi Miarso. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.